Kai Havertz di Arsenal pemain muda asal Jerman yang diboyong oleh Arsenal pada musim panas 2023, menjadi salah satu transfer yang cukup menarik perhatian.
Dengan reputasi yang mentereng sebagai salah satu talenta terbaik di Eropa, Havertz dipandang sebagai sosok yang dapat membawa inovasi dalam permainan tim asuhan Mikel Arteta. Namun, meski telah beberapa bulan berlalu sejak kedatangannya, kontribusi signifikan dari gelandang serang ini masih belum terlihat secara konsisten. Banyak yang bertanya, apa yang sebenarnya menghambat perkembangan Kai Havertz di Arsenal. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputar ARSENAL NETWORK.
Pindah Klub Besar Tantangan Adaptasi Yang Tak Mudah
Havertz datang ke Arsenal setelah dua musim bermain di Premier League bersama Chelsea. Meski sudah berpengalaman di liga Inggris, pindah ke klub besar seperti Arsenal tentu membawa tantangan baru. Adaptasi tak hanya berlaku pada aspek teknis, tetapi juga dalam hal mentalitas dan filosofi bermain. Arteta menginginkan pemain yang dapat cepat beradaptasi dengan sistem permainan yang mengutamakan penguasaan bola, intensitas tinggi, dan pressing yang kuat.
Di Chelsea, meski Havertz juga bermain di bawah tekanan besar, sistem permainan yang lebih terbuka dan tak begitu terstruktur seperti di Arsenal mungkin memberikan ruang lebih bagi pemain untuk menunjukkan kreativitas mereka. Di Arsenal, struktur permainan yang lebih disiplin dan pengaturan taktik yang ketat dari Arteta memerlukan pemain untuk memahami peran mereka dalam konteks tim yang lebih kolektif.
Peran Yang Tidak Jelas Dan Fleksibilitas Posisi
Salah satu alasan mengapa Havertz belum menunjukkan dampak signifikan adalah peran yang agak kabur di tim. Mikel Arteta dikenal dengan kemampuannya untuk fleksibel dalam hal peran pemain, tetapi fleksibilitas ini juga bisa menjadi tantangan bagi pemain yang belum sepenuhnya memahami filosofi permainan tim.
Di Chelsea, Havertz sering kali digunakan sebagai pemain nomor 10 atau dalam peran menyerang yang lebih bebas. Namun, di Arsenal, ia dihadapkan pada peran yang lebih serba bisa dan terkadang ditempatkan dalam posisi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kekuatannya. Misalnya, ia kadang-kadang ditempatkan sebagai gelandang sentral atau bahkan sebagai penyerang kedua. Posisi-posisi ini tidak selalu menguntungkan Havertz, yang lebih nyaman dengan kebebasan untuk bergerak di antara lini atau beroperasi di belakang striker.
Baca Juga: Arsenal- Jadikan Direktur Real Sociedad Sebagai Pengganti Edu
Konsistensi Dan Kualitas Pemain Di Sekitar Havertz
Sejak bergabung dengan Arsenal, Havertz tidak selalu tampil bersama lini tengah atau serangan terbaik yang memberikan dukungan maksimal. Dengan adanya pemain-pemain top seperti Bukayo Saka, Martin Ødegaard, Gabriel Martinelli, dan Eddie Nketiah yang memiliki peran lebih pasti dalam skema permainan Arteta, Havertz terkadang harus beradaptasi dengan mereka yang sudah lebih mapan dalam sistem permainan.
Permainan cepat dan aliran bola yang sangat terorganisir di Arsenal memberikan sedikit ruang bagi Havertz untuk mengeksplorasi kreativitasnya secara bebas. Hal ini, meskipun pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan keseimbangan tim, malah mempersulit Havertz untuk menemukan ritme terbaiknya. Gaya permainan Arsenal, yang sangat bergantung pada pergerakan cepat dan tekanan tinggi di sepertiga akhir lapangan, mungkin lebih cocok untuk pemain yang lebih eksplosif dan memiliki pemahaman instingtif terhadap ruang dan waktu, seperti Saka atau Martinelli.
Tekanan Tinggi Dan Ekspektasi Yang Besar
Sejak pertama kali datang ke Arsenal, Havertz langsung dibebani ekspektasi yang sangat tinggi. Pemain berusia 25 tahun ini sebelumnya sudah tampil mengesankan di Bundesliga bersama Bayer Leverkusen, dan meski penampilannya di Chelsea sedikit menurun, ia tetap dianggap sebagai salah satu talenta muda terbaik di Eropa. Arsenal pun membayar harga yang tidak sedikit untuk mendapatkan jasanya, yang memunculkan harapan besar di kalangan penggemar dan media.
Namun, tekanan untuk tampil secara konsisten dapat mempengaruhi kinerja seorang pemain, terlebih ketika ia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Ini adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh banyak pemain yang bertransisi ke klub besar. Di Arsenal, yang sedang membangun tim untuk menantang dominasi klub-klub seperti Manchester City dan Liverpool, Havertz harus tampil di level yang lebih tinggi daripada yang dia tunjukkan di Chelsea. Kadang-kadang, ekspektasi yang besar justru bisa membuat pemain merasa tertekan dan tidak dapat bermain dengan lepas.
Perbedaan Gaya Bermain Dan Filosofi Arteta
Di bawah asuhan Mikel Arteta, Arsenal mengadopsi filosofi permainan yang sangat berfokus pada penguasaan bola. Pengaturan posisi yang rapi, dan serangan terstruktur. Setiap pemain diharapkan untuk berkontribusi tidak hanya di fase menyerang. Tetapi juga di fase bertahan. Sementara Havertz memiliki kualitas teknis dan kreativitas yang luar biasa. Ia mungkin tidak sepenuhnya nyaman dengan filosofi permainan ini yang membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Sebagai contoh Arteta sering kali menginginkan para pemainnya untuk pressing tinggi. Menjaga formasi dengan ketat, dan memiliki kesadaran taktis yang tajam. Havertz yang lebih sering tampil dalam permainan lebih terbuka dan lebih bebas. Dalam bermain mungkin merasa terbebani oleh kebutuhan untuk menjalankan taktik yang lebih kompleks ini. Dengan kata lain, meskipun Havertz memiliki banyak keterampilan individu. Ia harus menyesuaikan diri dengan pola permainan yang lebih terkendali, yang terkadang membatasi kreativitas dan kebebasannya.
Kesulitan Dalam Menjadi Pemain Kunci
Sejak kedatangannya, Havertz juga menghadapi tantangan besar dalam menjadi pemain kunci di Arsenal. Dengan adanya pemain-pemain dengan peran yang lebih pasti, seperti Martin Ødegaard yang mengatur tempo permainan dan Bukayo Saka yang menjadi sosok utama di sisi kanan serangan, Havertz harus berusaha keras untuk menemukan peran kunci yang bisa memaksimalkan kontribusinya.
Menjadi seorang pemain kunci dalam tim besar seperti Arsenal memerlukan lebih dari sekadar kemampuan teknis. Pemain juga harus memiliki pengaruh dalam setiap pertandingan, mampu mengambil keputusan penting pada momen krusial, dan memberikan dampak langsung melalui gol atau assist. Havertz, meskipun memiliki bakat luar biasa, belum mampu menunjukkan kontribusi tersebut dengan konsisten. Ia sering terlihat terjebak dalam ketidakpastian posisi, peran taktis, dan kesulitan dalam memaksimalkan potensi kreatifnya.
Kesimpulan
Meski belum tampil signifikan, bukan berarti potensi Kai Havertz di Arsenal telah habis. Ia tetap seorang pemain dengan kualitas luar biasa yang dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Namun, seperti halnya pemain-pemain top lainnya, Havertz membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan gaya bermain tim, memahami peran yang lebih jelas dalam skema Arteta, dan mencari kedalaman taktis yang lebih dalam.
Tantangan besar bagi Havertz adalah menemukan keseimbangan antara kebebasan kreatif dan kedisiplinan taktis yang dituntut oleh Arteta. Jika ia dapat mengatasi hambatan-hambatan ini dan mulai menunjukkan konsistensi dalam penampilannya, bukan tidak mungkin Havertz akan menjadi bagian integral dari masa depan Arsenal. Namun, itu semua membutuhkan waktu, pemahaman yang lebih baik tentang peran yang harus dimainkan. Simak terus jangan sampai ketinggalan untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang sepak bola menarik lainya hanya dengan klik MANCITY FAN.